Gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, menyebabkan kerusakan besar dan ratusan korban jiwa. Bencana ini menimbulkan keprihatinan internasional dan memicu gelombang bantuan kemanusiaan dari berbagai negara.
Jumlah korban tewas awalnya dilaporkan sebanyak 144 orang, namun angka tersebut meningkat drastis menjadi 694 orang pada Sabtu, 29 Maret 2025. Lebih dari 1.670 orang lainnya mengalami luka-luka. Angka ini diperkirakan masih akan terus meningkat mengingat luasnya kerusakan dan sulitnya akses ke beberapa wilayah terdampak.
Dampak Gempa Bumi di Myanmar
Gempa bumi tersebut menimbulkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di berbagai wilayah Myanmar. Jalan raya, jembatan, dan bangunan-bangunan runtuh, menyulitkan upaya penyelamatan dan pemulihan. Junta militer Myanmar mengakui dampak kerusakan yang parah ini dan telah mengumumkan keadaan darurat.
Pemodelan dari USGS memprediksi jumlah korban tewas bisa mencapai lebih dari 10.000 orang. Meskipun prediksi ini bersifat estimasi dan tergantung pada berbagai faktor, termasuk waktu kejadian gempa, angka tersebut tetap menjadi peringatan serius akan potensi besar jatuhnya korban jiwa.
Susan Hough, ilmuwan dari Program Bahaya Gempa USGS menjelaskan bahwa gempa siang hari, seperti yang terjadi di Myanmar, dapat menghasilkan jumlah korban yang berbeda dibandingkan dengan gempa malam hari. Hal ini karena orang-orang lebih waspada dan memiliki waktu reaksi yang lebih cepat.
Upaya Pencarian dan Penyelamatan
Operasi pencarian dan penyelamatan sedang dilakukan secara intensif di daerah-daerah yang terkena dampak terburuk. Tim penyelamat dari berbagai negara telah berdatangan untuk membantu. China mengirimkan tim penyelamat dengan membawa obat-obatan dan peralatan pencari korban ke Yangon.
Rusia turut mengirimkan 120 personel penyelamat berpengalaman, termasuk dokter dan anjing pelacak. Amerika Serikat juga menawarkan bantuan kemanusiaan. Upaya ini menunjukkan solidaritas internasional dan tekad global untuk membantu Myanmar mengatasi bencana ini.
Dampak Gempa di Negara Tetangga
Getaran gempa bumi juga terasa kuat di negara-negara tetangga, termasuk Thailand. Di Bangkok, sebuah menara 33 lantai runtuh, mengakibatkan sembilan orang tewas dan 101 orang lainnya hilang. Kebanyakan korban hilang adalah pekerja konstruksi yang tengah bekerja di gedung tersebut.
Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt, menyatakan komitmennya untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia dalam upaya penyelamatan. Ekskavator dan drone digunakan untuk mencari korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Peran Junta Militer Myanmar
Jenderal Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer Myanmar, muncul dalam pernyataan publik yang jarang terjadi. Ia meminta bantuan internasional dan menyatakan bahwa pemerintahannya telah mengumumkan keadaan darurat.
India telah menyatakan kesiapannya untuk membantu. Myanmar juga membuka pintu bagi organisasi internasional lainnya untuk memberikan bantuan. Pernyataan ini merupakan langkah yang tidak biasa mengingat hubungan yang tegang antara junta dan komunitas internasional.
Kontroversi dan Tanggapan Internasional
Munculnya Jenderal Min Aung Hlaing di tengah bencana ini menjadi sorotan mengingat rekam jejaknya yang kontroversial. Ia dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan menjadi subjek permintaan surat perintah penangkapan dari ICC.
Meskipun junta Myanmar jarang bekerja sama dengan komunitas internasional, situasi darurat ini memaksa mereka untuk meminta bantuan secara terbuka. Respons internasional terhadap permohonan bantuan ini akan menjadi ujian nyata bagi hubungan internasional yang kompleks antara Myanmar dan negara-negara lain.
Saat ini, fokus utama adalah upaya pencarian dan penyelamatan. Dengan bantuan internasional, diharapkan Myanmar dapat mengatasi dampak bencana ini dan memberikan dukungan bagi warga yang terkena dampak. Namun, tantangan pemulihan pasca bencana akan membutuhkan kerja sama yang berkelanjutan dan komitmen jangka panjang dari berbagai pihak.
Selain bantuan darurat, Myanmar juga akan membutuhkan bantuan jangka panjang untuk rekonstruksi infrastruktur, pemulihan ekonomi, dan dukungan psikologis bagi para korban. Pemulihan penuh dari bencana ini akan menjadi proses yang panjang dan kompleks.
Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya kesiapsiagaan bencana dan pengembangan infrastruktur yang tahan gempa di kawasan yang rawan gempa. Investasi dalam sistem peringatan dini dan pelatihan respons bencana merupakan langkah penting untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang.